Categories

Saturday, November 7, 2009

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dalam Menopang Perekonomian Indonesia

oleh : Ihsan Arham

Pendahuluan

Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas daratan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah pada sektor pertanian. Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia.

Namun kesejahteraan petani sering tidak menentu. Terbukti saat terjadi krisis ekonomi regional berkepanjangan yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 lebih kuat pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia utamanya masyarakat kecil menengah yang pada umumnya berpenghasilan dari produksi pertanian. Dengan pertumbuhan yang cukup konsisten, sektor pertanian mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global. Subsektor perkebunan berperan dalam penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, sumber devisa, pengentasan kemiskinan, dan konservasi lingkungan. Untuk itu pembangunan sektor pertanian dan perkebunan sangat diperlukan dalam membantu proses pengembangan perekonomian bangsa.

Kepercayaan yang diberikan pada sektor pertanian secara umum telah terbukti. Dari awal mula krisis sampai kuartal ketiga tahun 1998, sektor pertanian (termasuk pertanian, kehutanan, dan perikanan) menunjukkan pertumbuhan 0 Ð 1%, melebihi sektor-sektor lainnya. Selain itu, dari tahun 1997 sampai 1998, sumbangan pertanian terhadap total jumlah tenaga kerja meningkat dari 40,7% menjadi 45,0% - satu-satunya sektor dimana tenaga kerja mengalami peningkatan

Melihat kenyataan yang ada, tampaknya pemikiran pembangunan ekonomi itulah yang mungkin harus di-up date. Kenyataan menunjukkan, pertanian penting dan akan tetap penting, dan tidak bisa "ditinggalkan", bahkan setelah ekonomi berada pada tahap industrialisasi.

Telah dipahami, pertanian berperan besar dalam penciptaan kesempatan kerja dalam memberi sumbangan terhadap pendapatan nasional, sumbangan terhadap ekspor bersih, dan memberi pengaruh terhadap inflasi. Arti penting itu akan semakin nyata jika kita mendalami ekonomi daerah-daerah kabupaten di Indonesia yang sebagian besar masih berbasis pertanian. Pertanian juga memberi prospek baru yang spektakuler, seperti potensi bio-diesel yang diproyeksikan akan mengganti bahan bakar minyak mobil untuk kendaraan bermotor atau potensi bio-farmaka bagi pengembangan obat-obatan, kosmetik, dan suplemen. Oleh sebab itu dibutuhkan sistem pengolahan pertanian yang tepat sehingga prospek pertanian kedepan semakin meningkat.

Pertanian Berkelanjutan

Dalam pikiran kita, kata “keberlanjutan” sekarang ini digunakan secara meluas dalam lingkup program pembangunan. Namun keberlanjutan sesungguhnya diartikan sebagai “menjaga agar suatu upaya tetap berlangsung”, “kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya. Technical advisory Commite of the CGIAR (TAC/CGIAR 1988) menyatakan, “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkngan dan melestarikan sumber daya alam.”

Di Indonesia pertanian berkelanjutan bersumber dari pengetahuan lokal dan sudah terbukti kesuksesannya selama bertahun-tahun, namun kini sedang menghadapi tantangan dari liberalisasi pangan dan masuknya tanaman transgenik. Padahal pertanian berkelanjutan matap secara ekologis, artinya kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan.

Kecenderungan pasar terhadap produk tanaman transgenic ternyata memiliki dampak buruk terhadap perekonomian petani. Resiko ekonomi datang dari adanya monopoli benih dan terjadinya kegagalan panen. Jatmiko(2007) mencontohkan petani kapas transgenik di Sulawesi Selatan yang terikat kontrak untuk membeli benih dan sarana produksinya, serta hanya boleh memasarkan hasilnya kepada perusahaan pemasok benih. Kontrak itu hanya memperbolehkan petani untuk menanam benih pada satu musim saja dengan resiko kegagalan ditanggung oleh petani sendiri.

Hal yang sama juga terjadi pada petani di Zimbabwe yang diwajibkan memenuhi protokol pengendalian hama dan mematuhi pemakaian benih hanya satu kali saja. Jika mereka tidak mematuhi protokol itu, mereka harus membayar denda seharga 120 kali ongkos produksi per acre, mengembalikan semua benih yang tidak terpakai. Akibatnya petani tidak mempunyai kebebasan untuk berusaha sesuai dengan keinginannya. Maka dari itu petani harus mengambil langkah-langkah tepat dalam mengembangkan kesejahteraan hidup dengan mengkaji dari setiap aspek lingkungan, social, ekonomi dan budaya.

Penunjangan Keberlanjutan Ekonomi

Berbeda halnya dengan sistem pertanian transgenik, dengan sistem pertanian terpadu petani bias cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis yang bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha tani yang langsung namun juga dalam hal fungsi seperti melestarikan sumber daya alam dan meminimalkan resiko.

Penggunaan sistem pertanian berkelanjutan tidak hanya mempertahankan hasil produksi, tetapi juga memberikan penawaran akan ketahanan sumber daya alam. Sehingga keuntungan ganda dapat diperoleh yakni sumber daya alam tetap terjaga dan kestabilan hasil produksi peratanian tetap dapat dirasakan. Petani akan dapat menggunakan lahan pertaniannya secara kontinu dan tidak pernah ragu akan produksi panen, hal ini disebabkan adanya ketahanan tanah untuk menjaga kestabilan hara yang dikandungnya dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan petani akan stabil.

Dengan penggunaan sumber daya alam yang tepat, pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.

Bukan hanya itu, perkebunan sebagai salah satu subsektor pertanian yang berorientasi ekspor merupakan salah satu subsektor andalan dalam menyumbang devisa. Produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak sawit adalah produk-produk dimana lebih dari 50% dari total produksi adalah untuk ekspor. Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa dengan dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya mencapai US$ 4 miliar per tahun. Nilai tersebut belum termasuk nilai ekspor produk olahan perkebunan, karena ekspor olahan perkebunan dimasukkan pada sektor perindustrian.

Namun peran pertanian dalam peningkatan devisa dapat kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sektor pertanian terhadap pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian.

Untuk mengatasi masalah tersebut ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produknya. Salah satu cara yang ditempuh untuk menjalakan keduanya ialah dengan menerapkan pertanian berkelanjutan. Sebagaiman yang kita ketahui bahwa pertanian berkelanjutan bukan hanya berdampak pada kestabilan hasil produksi, tetapi pertanian berkelanjutan juga tidak memerlukan modal yang besar bahkan mampu untuk menjaga kestabilan ekologi dan peningkatan kesejahteraan petani.

Penutup

Paradigma masyarakat akan pertanian perlu juga diluruskan agar sejalan dengan pembangunan pertanian. Semestinya pemahaman pertanian pada masyarakat tetap relevan dan pembangunan pertanian tetap berlandaskan pada pembagunan kesejahteraan rakyat. Sebab bagaimanapun sektor pertanian banyak memberi sumbangsih terhadap ketahanan bangsa dari krisis moneter silam.

Perlu kita sadari bahwa setiap kegiatan perekonomian dan pembangunan di Negara kita selalu ditekankan atas kebijakan pemerintah, maka dari itu perlu kita pegang bersama bahwa peran serta dari pelaku pertanian juga sangat dibutuhkan. Sehingga perlahan tetapi pasti arti pertanian dalam negri kian disadari berbagai komponen masyarakat. Memang masih banyak yang meremehkan arti pertanian, tetapi para petani sendiri seharusnya semakin sadar akan posisi dan kedudukan penting itu sehingga telah semakin berani memperjuangkan kepentingannya.

Sebagian besar pelaku sektor pertanian hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keberlanjutan pangan. Hal ini disebabkan karena tidak seimbangnya kebutuhan dan kestabilan produksi pertanian. Sehingga kesejahteraan petani tetap berada di bawah rata-rata yang kemudian dapat meningkatkan laju invlasi Negara. Dengan ketahanan sumber daya alam maka produksi tetap stabil dan dengan pengelolaan yang baik maka pendapatan devisa Negara tetap stabil sehingga ketahanan dan pembangunan perekonomian akan mampu memenuhi kebutuhan Negara. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan sistem pertanian berkelanjutan memiliki peran yang besar dalam mendukung peningkatan perekonomian bangsa.

Dan satu hal yang perlu diingat bahwa pertanian berkelanjutan bukan hanya mementingkan pembangunan perekonomian dan kesejahteraan rakyat, tetapi lebih mengarah kepada keberlanjutan dan ketahanan sumber daya alam. Mungkin hal ini bersimpangan terhadap sistem agribisnis dengan pola kapitalis dini, sebab masalah pertanian bukan hanya keuntungan yang berlipat tetapi mencakup segala aspek termasuk ekologi, sosial budaya dan keadilan moral.

Daftar Pustaka

Mubyarto, 2002, Reformasi Agraria: Menuju Pertanian Berkelanjutan pada www.ekonomirakyat.org/index.php

Suyudi Cecep, 2007, Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Indonesia pada www.pksyariahimmciputat.blogspot.com/2007/04/reorientasi-pergerakan.html

No comments: