Categories

Friday, November 13, 2009

Stop input Luar, mungkinkah????

Menanggapi tulisan Al kasambangi.....

Pada tahun 460-360 SM, Demoritus dari Abdera menyebutkan sebuah teori yang sekarang populer disebut sebagai pemikiran filsafat keatoman dari benda atau disebut juga sebagai ekosistem tertutup. Demoritus menyebutkan " Ibu pertiwi ketika dibuahi oleh hujan memberikan kehidupan bagi tanaman untuk makanan manusia maupun hewan. Namun, apa yang datang dari bumi harus dikembalikan ke bumi dan apa yang datang dari udara kembali ke udara. Kematian yang terjadi tidak akan menghancurkan unsur-unsur yang terbentuk, tetapi hanya memecahkan unsur2 tersebut menjadi bentuk lain dan kemudian setelah melakukan kombinasi bisa menghasilkan bentuk lain ".

Pikiran atomik siklik dan rantai tidak tergantikan melalui sistem hewan,tanaman, tanah ini ditenang oleh Aristoteles pada tahun 384-322 SM yang menyebutkan bahwa ada empat komponen tergantikan yang menjadi bahan pembentuk tanaman, yaitu tanah, air, api, dan udara. Menurut beliau, semua benda2 di dunia ini dibuat dari keempat elemen ini. Tanaman menggabungkan partikel2 dari elemen2 ini melalui akarnya yang kemudian menghasilkan bentuk awal dari tanaman.

Pemikiran bahwa makanan tanaman bisa digantikan oleh unsur2 lain dari luar ekosistemnya berkembang pesat ketika Leibig (salah satu tokoh di mata kuliah ekum) mempublikasikan teoi tentang bahan pembentuk tanaman yang kemudian berkembang menjadi teori pemupukan inorganic (sintetik). Teori beliau, menjadi fondasi dari teori nutrisi mineral tanaman yang menjadi pioner dari mentalitas penggunaan pupuk N-P-K (sering dipakai mahasiswa agro untuk penelitian) untuk kesuburan tanaman.

Leibig pada tahun 1840 mempublikasikan bukunya yang berjudul Organic Chemistry in its Application to Agriculture and Physiology. Doktrin dasar buku ini sejalan dengan prinsip "tergantikan" yang diajukan Aristoteles dan menyebutkannya bahwa pupuk inorganik dapat menggantikan kotoran ternak maupun humus untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan produksi tanaman. Teori ini juga kemudian memperkuat kedudukan ahli kimia di dalam upaya meningkatkan produksi tanaman. Pada tahun 1843, dibangun pusat percobaan Rothamsted yang membuktikan bahwa tanaman dapat berproduksi dalam waktu yang lama walaupun hanya menggunakan pupuk inorganik. Teori ini kemudian mendorong perubahan paradigma di dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara radikal dari konsep awal yang melihat bahwa pemenuhan makanan tanaman harus dikelola di dalam sebuah kebun, baik dengan proses daur bahan2 sisa yang ada di kebun maupun melalui rotasi tanaman (menjaga kesubuan tanah). Teori ini melahirkan sebuah konsep baru yang menyatakan bahwa kebutuhan makanan tanaman dapat langsung disediakan dan diberikan kepada tanaman.

Prinsip "tergantikan" ini kemudian meluas untuk menggantikan komponen2 lain dari ekosistem pertanian. Ekosistem pertanian yang meliputi tanaman dan seluruh komponen yang berhubungan dengannya (biotik dan abiotik), dalam paradigma ini digantikan oleh bahan2 buatan. Tentu saja, seluruh pergantian ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang diinginkan.

Pada dasarnya, produktivitas tanaman tergantung kepada faktor internal tanaman itu sendiri (sifat2 yang ada pada tanaman) dan faktor eksternal yaitu lingkungn tempat tanaman hidup.Faktor internal tanaman beradaptasi dengan faktor eksternal untuk menghasilkan produk. Jika faktor lingkungan mendukung maka tanaman akan dapat berproduksi dengan secara optimal sesuai dengan sifat2nya. Sebaliknya, jika ada faktor penghambat maka tidak akan bisa berproduksi secara optimal. Performa tanaman di alam untuk berproduksi secara perlahan dari waktu ke waktu terperbaiki karena adanya proses adaptasi dan interaksi dari tanaman dengan alam.

Berkembangnya paradigma pertanian dari prinsip mengembalikan ke alam apa yang didapat dari alam ke paradigma baru yang mau menggantikan bahan kebutuhan tanaman dengan bahan2 buatan mendorong berkembangnya industrialisasi bahan2 kimia sintetik yang berhubungan dengan tanaman. Tekonologi kemudian dibangun untuk meningkatkan dan mempercepat proses produksi pertanian sehingga kebutuhan atau tepatnya keserakahan manusia akan produksi tanaman bisa terpenuhi.

Apa yang menjadi janji teknologi untuk meningkatkan produktivitas pangan sehingga kelaparan tidak terjadi dan meningkatkan kesejahteraan petani ternyata tidak terbukti. Hal yang terjadi justru sebaliknya, penggunaan bahan2 kimia sintesis di dunia pertanian ternyata menimbulkan persoalan2 baru sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran air,udara, dan tanah. Kerusakan tanah serta peningkatan serangan hama yang pada akhirnya mengancam keberlanjutan kehidupan manusia di muka bumi. Teknologi yang dikuasai oleh segelentir orang (kapitalis red) melahirkan generasi petani yang tereksploitasi karena tidak lagi memiliki sumber daya lokal alami untuk menjalankan kegiatan pertaniannya. Ini semua membahayakan keberlanjutan kehidupan sehingga perlunya mendorong bangkitnya gerakan perlawanan dengan mengajukan cara bertani alternatif yang bersahabat dengan alam dan menjamin keberlanjutan kehidupan di muka bumi ini.

Allahu A'lam....

No comments: