JAKARTA--Departemen Pertanian (Deptan) mengusulkan penambahan anggaran sebesar Rp6 triliun untuk menutupi kekurangan subsidi pupuk berkaitan dengan rencana kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk pada April 2010.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono di Jakarta, Senin mengatakan, penambahan anggaran tersebut sudah dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2010. "Tetapi hal itu belum diputuskan. Nanti pada saat sidang kabinet yang akan datang baru bisa diputuskan," katanya pada acara temu dengan Pimpinan Media Massa.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono di Jakarta, Senin mengatakan, penambahan anggaran tersebut sudah dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2010. "Tetapi hal itu belum diputuskan. Nanti pada saat sidang kabinet yang akan datang baru bisa diputuskan," katanya pada acara temu dengan Pimpinan Media Massa.
Menurut dia, dengan penambahan anggaran sebesar Rp 6 triliun tersebut maka pengurangan anggaran subsidi pupuk tahun 2010 akan dikembalikan lagi. Anggaran subsidi pupuk tahun 2010 sebesar Rp11,3 triliun, atau turun sebesar Rp6,2 triliun dibandingkan alokasi anggaran pupuk subsidi tahun 2009 sebesar Rp17,5 triliun.
Mentan mengatakan, selain kenaikan HET pupuk, Pemerintah juga akan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) pada Gabah Kering Panen (GKP) yang akan diberlakukan pada bulan januari 2010 sebelum HET pupuk naik. Dijelaskannya, HPP Gabah Kering Panen (GKP) akan dinaikkan pada Januari 2010 besarannya sekitar 10 persen, sehingga diharapkan bisa menambah pendapatan petani kalau sarana produksi lainnya, di luar pupuk tidak naik. "Karena pengeluaran biaya untuk pupuk sekitar 7-10 persen, jadi itu sangat kecil. Adapun HET pupuk, lanjutnya, akan dinaikkan mulai April 2010 maksimal 50 persen," katanya.
Dengan kenaikan HET 50 persen, tambahnya, jika kebutuhan pupuk untuk sekitar 4-5 karung atau sebesar 200 kg ? 250 kg/hektar, maka setiap hektar hanya ada kenaikan biaya maksimal sebesar Rp150.000 untuk biaya pupuk.
Sementara itu dengan kenaikan HPP 10 persen, maka keuntungan petani mencapai Rp1.000.000, jika produktivitas rata-rata sebesar 5 ton per hektare. Suswono menyatakan, jika petani bersedia mengubah cara bertanam dengan pola metode SRI (System of Rice Intensification), maka akan menghemat bibit sekitar 80 persen, begitu juga pemakaian pupuk kimia akan hemat juga karena akan ditunjang dengan pupuk organik. "Dengan penggunaan metode SRI maka akan meningkatkan produksi sekitar 9 ton per hektar dan kondisi tersebut tentu akan meningkatkan lagi pendapatan petani," katanya. ant/kpo(Republika Newsroom)
No comments:
Post a Comment