Categories

Friday, November 13, 2009

Pertanian Organik, Kembali ke Alam

Menurut Rancangan ke Indonesia Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, pembangunan pertanian dihadapkan dengan beberapa kendala dan masalah yang harus dipecahkan, antara lain: 1) keterbatasan dan penurunan kapasitas sumberdaya pertanian, 2) sistem yang lemah alih teknologi dan kurang tepat sasaran, 3) terbatasnya akses layanan usaha terutama permodalan, 4) Perdagangan rantai panjang dan tidak adil sistem pemasaran, 5) rendahnya kualitas, mentalitas, dan petani keterampilan sumber daya, 6) lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani, 7) lemahnya koordinasi antar instansi terkait dan birokrasi, dan 8) sudah berpihaknya kebijakan ekonomi makro kepada petani.

Namun, walaupun kendala dan masalah di atas, sektor pertanian tetap menjadi fondasi bagi tidak hanya dalam mempertahankan ketahanan pangan, tetapi juga dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan, penyumbang devisa dan pertumbuhan ekonomi nasional. Penghasilan dari pertanian dan lain bisnis berbasis pertanian diharapkan meningkat dari sekitar US $ 7.8 billion saat ini menjadi US $ 12 miliar pada 2009.

Pertanian organik, Itu adalah solusi tepat yang harus kita lakukan untuk memecahkan masalah ini. Paradigma pertanian harus diubah secara radikal. Kita harus kembali ke konsep pertanian alami. Terutama mengenai penggunaan pupuk dan pestisida, dan penyakit. Penggunaan pestisida, herbisida dan fungisida harus diminialisasi sampai ke tingkat mendekati nol. Penggunaan pupuk kita kembali lagi ke penggunaan pupuk kandang atau kompos dan pupuk hijau.

Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik yang mendukung dan meningkatkan kesehatan ekosistem, termasuk siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sedangkan IFOAM menjelaskan bahwa pertanian organik adalah pendekatan sistem secara keseluruhan yang didasarkan pada serangkaian proses yang menghasilkan ekosistem yang berkelanjutan (lestari), makanan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan hewan dan keadilan sosial.

Dengan demikian, pertanian organik lebih dari sekedar sistem produksi yang memasukkan atau mengeluarkan input tertentu, tetapi juga sebuah filosofi dengan tujuan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas masyarakat hidup berketergantungan setiap tanah, tanaman, hewan dan manusia.

Prinsip-prinsip Pertanian Organik
Sistem pertanian organik ini bergantung pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi sehubungan dengan kemampuan alami dari tanah, tumbuhan, dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian dan lingkungan.
Menurut IFOAM (Federasi Internasional Gerakan Pertanian Organik), tujuan yang akan dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah: Untuk menghasilkan makanan dengan kualitas gizi tinggi dan dalam jumlah yang cukup, melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan siklus alam yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada, mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani untuk mengaktifkan mikro-organisme hidup, flora dan fauna, tanah, tumbuhan dan hewan, melindungi dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan, menggunakan sebanyak mungkin sumber daya terbarukan yang berasal dari sistem pertanian sendiri, menggunakan bahan-bahan mudah didaur ulang di dalam dan di luar usaha pertanian, menciptakan kondisi yang memungkinkan hewan untuk hidup sesuai dengan perilaku intrinsik, membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian, mempertahankan keanekaragaman hayati, termasuk pelestarian habitat tumbuhan dan hewan, memberikan jaminan yang lebih baik bagi produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sejalan dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar dan menghasilkan pendapatan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat, dan mempertimbangkan dampak yang lebih luas peristiwa pertanian pada fisik dan kondisi sosial.
Pada prinsipnya, ramah dan pertanian organik selaras dengan lingkungan.

Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik untuk pupuk, zat pertumbuhan, dan pesticides.Although pertanian organik tidak hanya sempit sense.Organic pertanian bukan hanya sebuah teknik atau metode bertani, sebagai melaikan baik perspektif, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup.

Prinsip utama dalam sistem pertanian organik adalah lahan untuk budidaya bahan organik harus bebas kontaminasi agrokimia dari pupuk dan pestisida. Tanah dapat menjadi lahan pertanian baru dibuka atau lahan pertanian intensif yang telah dikonversikan ke pertanian organik. Periode panjang konversi bergantung pada sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan spesies tanaman.

Hal lain adalah menghindari benih / bibit rekayasa genetika atau rekayasa genetika Organism (GMO). Bibit harus berasal dari kebun pertanian organik. Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur pertumbuhan. Meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman kacang-kacangan.

Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetik. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma dilakukan secara manual, biopestisida, agen hayati, dan rotasi tanaman. Menghindari penggunaan hormon pertumbuhan dan sintetik aditif dalam pakan ternak dan tidak langsung dalam pupuk. Materi penanganan pasca panen dan pengawetan makanan digunakan dalam cara-cara yang alami.

Melarang penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang telah berkembang selama 35 tahun terakhir pertanian organik untuk menghasilkan dikurangi jika pengobatan yang tidak benar.

Budaya instan terbentuk ketika petani dengan mudah memperoleh dan menerapkan bahan-bahan kimia sintetik di lapangan sangat sulit untuk berubah. Kesulitan ini didapat ketika petani didorong untuk membuat kompos terlebih dahulu atau membuat ramuan racun hama yang dibuat dari tanaman obat.

Pupuk organik
Meningkatkan mutu intensifikasi selama tiga dekade terakhir, telah melahirkan petani yang memiliki ketergantungan pada produksi pupuk menyebabkan jenuh di bidang-bidang seperti beras intensifikasi. Situasi ini menyebabkan limbah selain juga menyebabkan banyak dampak negatif, terutama pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu perbaikan agar penggunaan pupuk dapat dilakukan seefisien mungkin dan ramah lingkungan.

Selain itu, pemberian nitrogen berlebih disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya, juga dapat memberi dampak negatif, termasuk memperbaiki masalah hama dan penyakit akibat gizi tidak seimbang. Oleh karena itu, perbaikan yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini, sehingga aturan penggunaan sumber daya secara efisien dan aman lingkungan dapat diterapkan.

Beberapa studi tentang efisiensi penggunaan pupuk mendukung upaya untuk menyelamatkan penggunaan pupuk kimia. Upaya dilakukan melalui pendekatan peningkatan daya dukung tanah dan / atau peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan microorganisms.The penggunaan mikroorganisme dalam pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul dari penggunaan berlebihan pupuk kimia.

Manfaat penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia secara signifikan dapat reduced.organic pupuk penyangga biologis yang memiliki fungsi dalam perbaikan fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga tanah dapat memberikan nutrisi dalam jumlah yang seimbang.

Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah dibuktikan oleh beberapa studi, baik untuk tanaman pangan (kedelai, beras, jagung, dan kentang) dan tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan tebu) yang dikenal selama ini sebagai pengguna utama pupuk konvensional (pupuk kimia).
Lebih lanjut, kemampuannya untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan sesuai dengan kemampuan terbukti untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk kimia.

Tanah mempunyai peranan penting dalam penghapusan bahan organik. Cacing, serangga kecil, dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur bertanggung jawab atas proses pembusukan, terdapat dalam tanah. Organisme ini dapat memperoleh energi dari bahan organik yang telah mati dan menguraikan bahan menjadi bahan baku yang dapat digunakan kembali oleh tanaman.

Organisme tanah mengganti tanaman yang mati menjadi nutrisi yang berharga.
Mikroorganisme membutuhkan oksigen, jadi jika kondisi tanah terlalu berlumpur, padat atau mereka tidak bisa hidup. Pada tanah yang terlalu padat atau berlumpur / banjir, maka jutaan mikroorganisme di dalam tanah akan mati.

Kematian mikroorganisme ini akan sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Tidak ada lagi makhluk kecil yang menjalankan tugas 'memotong' bahan organik tanah menjadi senyawa yang tanaman membutuhkan. Pasokan makanan ke tanaman begitu buruk, dan tanaman tumbuh kerdil dan tidak produktif.

Pengendalian Hama & Penyakit
Petani telah terbiasa mengandalkan pestisida sintetik sebagai satu-satunya cara untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT), khususnya hama dan penyakit tanaman. Seperti diketahui, terdapat kira-kira 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi menyebabkan penyakit dari berbagai tanaman budidaya. Alasan petani memilih pestisida sintetik mengendaliakan di tanah mereka karena aplikasi KPT mudah, efektif dan tersedia secara luas di pasar harganya cukup mahal sekalipun.

Pada dasarnya, prinsip pengendalian hama dan penyakit dalam sistem pertanian organik lebih menekankan pada aspek integrasi keseimbangan alam. Ketika agroekosistem berhasil dikelola secara seimbang, maka biaya kontrol akan lebih murah. Keseimbangan alami antara serangga hama dan musuh alami sering dikacaukan oleh penggunaan insektisida yang hanya satu jenis.

Langkah-langkah pengendalian hama dikembangkan dalam pertanian organik pestisida menggunakan pestisida hayati dan botani, seperti menggunakan musuh alami, penggunaan varietas tahan, fisik dan mekanis, dan cara kultur teknis. Banyak tanaman di sekitar kebun dan ladang-ladang yang dapat dimafaatkan untuk mengusir hama. Sebut saja seperti daun mimba, daun dan biji sirsak, kunyit, lengkuas, daun jeruk, serai, dan berbagai tanaman obat yang umumnya menghasilkan bau menyengat.

Selain itu, di lahan kebun atau ladang harus ditanam tanaman perangkap hama yang berfungsi untuk menarik hama menyerang tanaman perangkap, dan menjauh dari tanaman utama, sehingga kerusakan tanaman dapat dikurangi. Hama yang dapat mengumpulkan ikan yang ditangkap untuk makanan, sedangkan tanaman perangkap sendiri rusak oleh hama dapat dihilangkan dan dibakar.

Tanaman penolak hama dapat melindungi tanaman di dekatnya dengan bau penerbitan, bentuk dan warna daun atau bunga yang tidak diinginkan biasanya hama, sehingga hama akan menjauh dari tanaman utama.

**** ****
Sehubungan dengan banyaknya manfaat dan dampak positif yang dapat dirasakan dari penerapan sistem pertanian organik, Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian serius untuk pengembangan pertanian organik di Indonesia. Bahkan pada saat itu dicanangkan untuk mencapai Go Organik 2010.

Diharapkan program pertanian organik di Indonesia menjadi lebih kuat dan dapat menangkap lebih cepat daripada negara-negara lain yang sudah maju dalam sistem pertanian ini. Hope to Go Organik 2010 adalah diharapkan benar-benar terwujud dan Indonesia bisa menjadi produsen organik terkemuka, mungkin

4 comments:

nol-pitu said...

HALLO SALAM KENAL...

WAH INI POSTINGAN YANG BAGUS! YANG GREEN HEHHEHHH!

INI KALI PERTAMA SAYA BERSUA KE BLOG ISTIMEWA INI. ISTIMEWA KARENA KEBETULAN JUGA SAYA JUGA SENANG DAN MENGIKUTI DIKIT-DIKIT TENTANG LINGKUNGAN DAN PERTANIAN YANG 'GREEN', YANG BERSAHABAT DENGAN LINGKUNGAN, SEHINGGA SELAIN BISA MENINGKATKAN PRODUKSI JUGA BISA MEMPERTAHANKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DEMI MASA DEPAN GENERASI SELANJUTNYA.

OCE, BEGUTU AJA DULU MAS, KALI LAIN KITA SAMBUNG...TRIMS!

nol-pitu said...

Hallo, salam kenal Mas. Wah terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog saya. Semoga kita akan terus saling kunjung dan saling berbagi pengetahuan yang sesuai dengan minat kita masing-masing.

Btw, artikelnya bagus sekali Mas, saya suka sekali membaca tulisan yang bersangkut paut dengan lingkungan, kelestarian alam, karena memang saya pingin mulai belajar banyak tentang issue tersebut. Semoga dengan perkenalan kita di jejaring maya yang luar biasa ini, saya akan bisa belajar banyak dari Anda. Kebetulan Anda dari bidang agronomy, ini sebuah 'serendipity' yang saya harapkan selama ini, trims dan sampai ketemu pada kunjungan berikutnya.

agronomers indonesia said...

oh iya makasih...

MONOKROM said...

ALOHA MAS, SALAM KENAL YAH. ORANG YANG KASIH KOMEN DULUAN ITU, SAYA KENAL BAIK MAS. DIA MEMANG LAGI PINGIN BELAJAR SOAL ISU-ISU LINGKUNGAN. SAYA PAHAM AKAN KEINGINGANANNYA, KARENA KINI ISU LINGKUNGAN SEDANG MENGUAT DAN DICERMATI PARA AKTIVIS DI SELURUH DUNIA. BAHKAN DI SETIPA PERTEMUAN INTERNASIONAL ISU TERSAEBUT SELALU MENJADI BARISAH WAHID UNTUK DIBAHAS SECARA BERSAMA. KEMUDIAN MUNCUL KOMITMEN-KOMITMEN BEERSAMA UNTUK MENGAMBIL SIKAP DAN LANGKAH MENGATASI PERSOALAN TERSEBUT. TERIMAKASIH!