oleh Habibi Husain (agronomi unhas '04)
REVOLUSI SEBATANG JERAMI
“ Alam Terbuka penuh rahasia “
Setelah membaca sebuah karya tulis yang dibuat oleh seorang Jepang yaitu Masanobu Fukuoka. Ada dua hal yang saya bayangkan dimana kedua hal tersebut mungkin saling bertolak belakang. Hal yang pertama yaitu bahwa Masanobu Fukuoka adalah salah diantara sedikit orang di dunia ini yang masih memikirkan tentang bagaimana paradigma pertanian saat ini telah menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Hal kedua yang saya pikirkan dan membuat saya sedikit merasa sedih yaitu “ Apakah masih ada orang Indonesia yang mencintai dunia pertanian dan peduli tentang kelestarian lingkungan dan mau membagi pengetahuan yang dimilikinya kepada anak-anak muda Indonesia seperti saya lewat sebuah buku sehingga saya tidak mesti membaca buku yang ditulis Masanobu Fukuoka, Walaupun saya menyadari buku yang ditulis oleh Masanobu Fukuoka merupakan buku yang sangat menarik dibaca dan kemudian dijadikan bahan refleksi terhadap apa yang telah kita lakukan terhadap alam.
Terlepas dari dua hal tersebut yang sempat memberikan kegelisan-kegelisan. Ada sebuah Hal yang menarik yang dapat jadikan sebagai bahan refleksi dan selanjutnya dapat kita jadikan sebagai modal di dalam melakukan sebuah gerak menuju perubahan sehingga perubahan tersebut akan mendekatkan kita menuju Kesempurnaan-Nya. Hal tersebut yaitu terkadang kita melupakan bahwa alam telah menyiapkan banyak hal untuk dapat kita gunakan untuk dapat terus hidup namun kita kemudian melupakan hal tersebut karena paradigma yang terbangun di dalam pemikiran kita bahwa alam haruslah dikuasai sehingga alam menjadi rusak padahal pada hakekatnya alam merupakan sebuah titipan yang diberikan Tuhan kepada umat manusia sebagai Khalifa-Nya dimana efek yang yang ditimbulkan dari hasrat untuk menguasai alam malah mengakibatkan terjadi kerusakan terhadap lingkungan sehingga umat manusi senidirilah yang harus merasakan akibat dari kerusakan lingkungan yang terjadi akibat keserakahannya sendiri. Bidang pertanian yang merupakan sebuah bidang yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan dengan alam, ternyata juga menimbulkan efek kerusakan pada alam yang disebabkankan karena didalam menjalankan kegiatan pertanian tidak dilandaskan pada sebuah konsep bahwa alam adalah titipan Tuhan yang mesti dijaga namun yang terjadi malah sebaliknya alam kemudian diekplotasi secara besar-besaran di bidang pertanian dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan pangan umat manusia yang semakin meningkat padahal kebutuhan manusia telah tercukupi padahal hanya keinginan manusia yang dikusai oleh nafsu hingga menyebabkan lingkungang menjadi rusak.
Masanobu Fukuoka yang melihat bahwa kerusakan alam yang dilakukan oleh petani tidak telepas dari konsep pembangunan pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah. Hal ini diakibatkan karena kebijakan pemerintah sendiri yang masuk dalam putaran setan kapitalisme dimana jika dianologikan ibarat uang logam yang bersisi dua dimana pemerintah terkadang memberikan penyuluhan terhadap para petani tentang pentingnya bertani tanpa merusak ekosistem yang ada, namun disisi pemerintah pun terkadang memberikan pupuk kimia ataupu penggunaan pestisida kepada petani didalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan bernilai ekonomi tinggi dan terkadang melupakan alam. Tentu kedua hal tersebut menjadi sangat riskan jika renungi bersama-sama. Petani pun terkadang mempunyai pola pikir yang sangat konservatif jika diperhadapkan pada sebuah perubahan tentang cara bertani. Hal ini pun dirasakan oleh Masanobu Fukuoka yang mencoba memperkenalkan tentang cara bertani dengan memanfaatkan alam yaitu jerami yang ternyata sangat efektif didalam meningkatkan produksi pertanian kepada petani namun kurang mendapatkan respon yang positif. Tetapi Masanobu Fukuoka beranggapan bahwa suatu saat metode yang dia gunakan dengan menggunakan jerami suatu saat akan diterima oleh para petani.
Dari apa yang yang telah dilakukan oleh Masanobu Fukuoka kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang menjadi masalah dari kerusakan lingkungan yang terjadi akibat tehnik bertani yang kurang tepat yaitu terlalu banyaknya keinginan manusia yang tidak terpenuhi dan juga bahwa bertani dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan bahan-bahan kimia. Dan juga alam mempunyai kearifan tersendiri yang dapat kita refleksikan bersama dan juga kearifan local yang sebelumnya telah diterapakan oleh para petani kita tidak lupakan seperti tradisi Tudang Sipulung tetap kita pertahankan karena saya berkeyakinan bahwa kita sebagai generase muda saat ini akan tetap mempertahankan semangat Lagaligo / Sewerigading dengan cita-cita setinggi gunung Bawakaraeng sebagaimana Masanobu Fukuoka dengan semangat kearifan lokanya yaitu Samurai/ ataupun bushido-nya dengan cita-cita setinggi gunung Fuji.
No comments:
Post a Comment